Untuk membangkitkan jiwa kebangsaan
dan rasa harga diri yang kuat terhadap seluruh lapisan masyarakat di nusantara, kaum terpelajar yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo
dan (pemuda) Sutomo mulai menggerakkan para pemuda dan pelajar nusantara untuk membentuk organisasi yang akan bergerak dalam bidang
sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Pada tahun 1906, kaum terpelajar
tersebut mulai terjun ke daerah-daerah untuk mencari dukungan moral dan
material dari kaum bangsawan, para pegawai, dan dermawan agar bersedia
secara aktif membantu usaha dalam memperbaiki nasib bangsanya. Dalam
ceramahnya di depan para pelajar STOVIA, dr. Wahidin Sudirohusudo
melontarkan keinginannya untuk mendirikan badan pendidikan yang disebut
studiefonds. Ajakan tersebut mendapat sambutan hangat dari seluruh
pelajar.
Salah pelajar STOVIA yang bernama Sutomo segera menghubungi kawan-kawannya untuk mendiskusikan mengenai nasib bangsanya. Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya di ruang kelas Sekolah Kedokteran STOVIA di Batavia atau Jakarta mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo (Budi Luhur).
Para pelajar yang aktif dalam pembentukan Budi Utomo tersebut adalah M. Suradji, Muhammad Saleh, Mas Suwarno, Muhammad Sulaiman, Gunawan, dan Gumbreg. Pada akhir pidatonya, Sutomo mengatakan, “berhasil dan tidaknya usaha ini bergantung kepada kesungguhan hati kita, bergantung kepada kesanggupan kita bekerja. Saya yakin bahwa nasib Tanah Air di masa depan terletak di tangan kita.” Ucapan itu disambut dengan tepuk tangan yang amat meriah.
Kongres Budi utomo |
Beberapa staf pengajar dan pemerintah
Belanda menuduh Sutomo dan kawan-kawannya sebagai pemberontak. Sutomo
diancam akan dipecat dari sekolahnya. Akan tetapi, kawan-kawannya
mempunyai solidaritas tinggi. Jika Sutomo dikeluarkan, mereka akan ikut
keluar juga. Dalam persidangan di sekolah, Sutomo masih dipertahankan
oleh pemimpin umum STOVIA, Dr. H. E. Roll sehingga ia dan kawan-kawannya
tidak jadi dikeluarkan dari sekolah. Jelaslah bahwa setiap perjuangan
pasti mendapat tantangan, rintangan, bahkan ancaman, tetapi mereka tetap
tegar.
Budi Utomo berkembang makin besar
sehingga perlu menyelenggarakan kongres. Untuk keperluan itu, mereka
mempersiapkan segala sesuatunya atas usaha sendiri. Dr. Wahidin
berkampanye keliling daerah untuk mendapatkan dukungan dan bantuan dari
semua pihak. Kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diselenggarakan
pada tanggal 5 Oktober 1908 di Yogyakarta. Dalam kongres dihasilkan
beberapa keputusan penting, yaitu:
- merumuskan tujuan utama Budi Utomo, yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, ilmu pengetahuan dan seni budaya bangsa Indonesia
- kedudukan pusat perkumpulan berada di Yogyakarta
- menyusun kepengurusan dengan Ketua R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar (Jawa Tengah)
- kegiatan Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaa
- wilayah gerakannya difokuskan di Jawa dan Madur
- BU tidak ikut mengadakan kegiatan politik.
Penyerahan pimpinan pusat organisasi oleh Sutomo kepada kaum tua tersebut mempunyai tujuan strategis sebagai berikut:
- menghargai kaum tua yang lebih berpengalaman
- mengajak kaum tua untuk ikut memikirkan dan memajukan pendidikan rakyat lewat Budi Utomo
- Sutomo dan kawan-kawannya masih harus menyelesaikan pendidikannya lebih dahulu di STOVIA, Jakarta.
Pada tahun awal berkembangnya Budi
Utomo dapat menjadi tempat penyaluran keinginan rakyat yang ingin maju
dan tempat mengabdi tokoh-tokoh terkemuka terhadap bangsanya.
Tokoh-tokoh yang pernah menjabat Ketua Budi Utomo, antara lain R.T.
Tirtokusumo (1908–1991), Pangeran Aryo Noto Dirodjo dari Istana Paku
Alam (1911–1914), R. Ng. Wedyodipura atau Radjiman Wedyoningrat
(1914–1915), dan R.M. Ario Surjo Suparto atau Mangkunegoro VII (1915).
Oleh karena pemimpin Budi Utomo umumnya berasal dari kaum bangsawan,
banyaklah dana yang disumbangkan untuk kemajuan pengajaran. Dengan demikian, lahirlah badan
bantuan pendidikan atau studiefonds yang diberi nama Darma Wara. Hal
inilah yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin.
Sejak tahun 1908 hingga tahun 1915,
Budi Utomo hanya bergerak di bidang sosial dan budaya terutama pada
bagian pengajaran. Namun, setelah tahun 1925 itu Budi Utomo ikut terjun
ke dunia politik. Perubahan haluan ini terjadi karena adanya pengaruh
dari organisasi pergerakan lain yang bercorak politik, seperti Indische
Partij dan Sarekat Islam.
Tujuan Budi Utomo berpolitik adalah
untuk mendapat bagian dalam pemerintahan yang akan dipegang oleh
golongan pelajar pribumi. Kegiatan Budi Utomo dalam bidang politik,
antara lain sebagai berikut;
- Budi Utomo ikut duduk dalam komite Indie Weerbaar yang dikirim ke Negeri Belanda untuk membahas pertahanan Hindia Belanda pada tahun 1916–1917.
- Budi Utomo juga mengusulkan pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagi penduduk pribumi, ketika wakilnya dalam Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) berangkat ke Negeri Belanda.
- Budi Utomo berpartisipasi dalam pembentukan Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota Volksraad.
- Budi Utomo berpartisipasi aktif sebagai anggota Volksraad, bahkan menempati dua dalam hal jumlah anggota di antara anggota pribumi.
- Budi Utomo mencanangkan program politiknya berupa keinginan mewujudkan pemerintahan parlementer yang berasas kebangsaan.
- Pada tahun 1927, Budi Utomo memprakarsai dan bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) .
- Dokter Sutomo banyak mendirikan studieclub yang dalam praktiknya juga dapat membahas soal-soal politik. Pada tahun 1935 Indonesisch Studie Club di Surabaya bergabung dengan Sarekat Madura menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), kemudian PBI digabung dengan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Budi Utomo dalam bidang politik
meskipun kalah progresif jika dibandingkan dengan Sarekat Islam,
Indische Partij, dan PNI, tetaplah sebagai pembuka jalan dan pelopor
Pergerakan Nasional Indonesia. Karena peranan dan jasanya yang besar
itulah, tanggal kelahiran Budi Utomo, 20 Mei, ditetapkan sebagai Hari
Kebangkitan Nasional dan diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar